Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) adalah salah
satu lembaga yang dibawahi Kementrian Pertanian yang berkonsentrasi di bidang
pengembangan teknologi pertanian, khususnya untuk tanaman di wilayah Jawa
Timur. Di tempat ini, berbagai penelitian dilakukan untuk mengembangkan
berbagai varietas unggul sehingga tanaman lokal dapat bersaing di pasaran.
a.
Hidroponik
Sesampainya di tempat ini, kami disambut dengan cukup
baik dan diarahkan menuju sebuah ruangan. Kami diberi materi dasar-dasar dalam
melakukan hidroponik. Hidroponik adalah budidaya tanaman dengan memanfaatkan
air. Pada dasarnya, untuk melakukan hidroponik diperlukan 5 bahan pokok, yakni
media tanam, misalnya tanah, sabut kelapa yang berfungsi untuk tempat tanaman
menambatkan akar; air, pupuk, sebagai sumber nutrisi tanaman, cahaya matahari
serta kadar oksigen (O2) yang cukup.
Mengingat bahwa hidroponik berarti budidaya bercocok
tanam dengan air, maka ada banyak jenis media tanam yang bisa dipilih. Mulai
dari tanah, sabut kelapa, kerikil, arang sekam, pasir, batu apung, batu bata
bahkan atap rumah sekalipun karena fungsi media tanam hanya sebagai tempat
menambatkan akar, sedangkan kelangsungan hidup tanaman bergantung pada air
bernutrisi yang dialirkan.
Ada tiga jenis hidroponik yakni :
i.
Nutrient Film Technique (NTF)
NFT adalah suatu metode
budidaya tanaman dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal
dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi dan
oksigen. Akar tanaman terendam
dalam air yang berisi larutan nutrisi yang disirkulasikan secara terus menerus
dengan pompa. Daerah perakaran dalam larutan nutrisi dapat berkembang dan
tumbuh dalam larutan nutrisi yang dangkal sehingga bagian atas akar tanaman
berada di permukaan antara larutan nutrisi dan styrofoam, adanya bagian akar
dalam udara ini memungkinkan oksigen masih bisa terpenuhi dan mencukupi untuk
pertumbuhan secara normal.
Berikut adalah beberapa material yang harus disiapkan untuk
bercocok tanam dengan menggunakan teknik NFT :
a. Talang air
b. Sterofoam (media tanam)
c. Pompa, untuk mengalirkan air
d. Spon, atau bahan lainnya
e. Pipa PVC
f. Ember
Bercocok tanam dengan teknik NFT pada prinsipnya cukup sederhana, yakni
mengalirkan air, oksigen, dan nutrisi secara terus menerus. Tanaman disangga
sedemikian rupa sehingga akar tanaman menyentuh nutrisi yang diberikan. Alat
dibuat miring dengan salah satu sisi lebih tinggi dari sisi lainnya yaitu
sebesar 5% dari panjang alat agar arus dapat mengalir dengan lancar.
Air dan nutrisi yang diberikan tidak akan terbuang percuma karena aliran
airnya akan masuk ke bak penampung yang ada dibawahnya setelah itu dipompa
kembali ke atas dan dialirkan lagi ke akar tanaman. Pompa yang digunakan sama
seperti pompa air untuk akuarium. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah proses
skematis metode NFT :
ii.
Floating Hidroponic System (FHS)
Biasa disebut juga sebagai rakit apung.
Serupa dengan NTF, prinsip FHS adalah mengalirkan air bernutrisi, hanya saja
media tanam yang digunakan adalah air itu sendiri. Akar dibiarkan melayang
dalam air. Berikut ini adalah gambar skematis metode FHS.
Yang perlu disiapkan antara lain :
a. Sterofoam
b. Spon atau bahan lainnya
c. Ember
d. Pompa, jika tidak menggunakan pompa maka air
diaduk secara berkala
iii. Fertigasi / deep irrigation
Fertigasi adalah salah satu metode hidroponik
yang mengalirkan air bernutrisi dengan sabut kelapa sebagai media tanamnya.
Walaupun terlihat seperti penanaman konvensional dengan menggunakan tanah, pada
dasarnya tanah yang digunakan hanyalah sebagai tempat menambatkan akar, bukan
sebagai sumber nutrisi. Nutrisi tanaman sepenuhnya berasal dari air yang
dialirkan ke dalam tanah. Air bernutrisi disalurkan melalui pipa-pipa untuk
kemudian ‘disuntikkan’ ke dalam pot. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar di
bawah ini.
Yang
perlu disiapkan :
a. Selang air
b. Pot / polybag
c. Pompa
d. Media tanam
e. Jarum suntik
f. Ember
iv. Aeroponik
Aeroponik merupakan salah
satu tipe dari Hidroponik, karena air yang berisi larutan hara disemburkan
dalam bentuk kabut hingga mengenai akar tanaman. Teknik ini menempatkan tanaman
sedemikian rupa hingga akar tampak menggantung di udara. Nutrisi diberikan
dengan cara pengkabutan secara merata di daerah perakaran. Metode ini sudah
mulai dikembangkan di Jawa Timur, walaupun masih sedikit. Berikut adalah gambaran
skematis aeroponik.
Yang perlu disiapkan antara lain :
a. Pompa
b. Nozzel
c. Pipa PVC
d. Ember
Bercocok Tanam di
Atap
Mendengar istilah hidroponik, pasti
terbesit dalam benak kita adalah metode yang sulit dan membutuhkan keterampilan
tinggi. Tetapi, nyatanya budidaya tanaman dengan hidroponik tidaklah sesulit
itu. Perwakilan dari BPTP menambahkan bahwa hidroponik bisa memakai
barang-barang bekas di sekitar kita. Bahkan atap rumah pun bisa disulap menjadi
ladang pertanian. Bagian atap yang landai (miring) bisa dijadikan lahan
bercocok tanam. Secara garis besar, caranya yakni
a. Membuat lubang-lubang kecil
b. Memberikan spon untuk media tanam
c. Mengatur sistem pengairan, pada bagian ujung
atap diberi bak penampung agar air bisa disirkulasikan kembali
d. Menanam benih atau semaian
Semaian atau bibit lebih dianjurkan sebab
cenderung lebih sederhana karena tanaman muda sudah bertumbuh, berbeda dengan
menanam benih (biji) yang belum tentu tumbuh dan perawatan yang lebih rumit.
e. Air/nutrisi dicek dan diberi tambahan nutrisi
secara berkala
Hidroponik Multi
Komoditas
Hidroponik multi komoditas adalah
pengembangan metode hidroponik di mana tidak hanya sekedar bercocok tanam,
melainkan beternak juga. Limbah organik dari makhluk hidup yang dipelihara
diuraikan oleh ikan lele, misalnya. Limbah dari ikan lele kemudian nantinya
akan dibusukkan oleh bakteri pembusuk dan diuraikan menjadi nutrisi tanaman.
Makhluk hidup yang dipelihara misalnya ayam. Ayam yang diternakkan tidak perlu
terlalu banyak disesuaikan dengan banyaknya lele. Limbah organik yang terlampau
banyak bisa justru meracuni tanaman yang dibudidayakan. Berikut ini adalah
gambar hidroponik multi komoditas.
b. Kultur Jaringan
Kultur jaringan adalah suatu
metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti sekelompok sel atau jaringan yang
ditumbuhkan dengan kondisi aseptik, sehingga bagian tanaman tersebut dapat
memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali.
Untuk melakukan kultur
jaringan, pertama-tama diambil bibit atau semaian dari tanaman varietas unggul
yang ditanam dalam rumah anti serangga. Penanaman dalam rumah anti serangga
bertujuan untuk mengurangi infeksi dari virus dan bakteri serta hama sehingga
tanaman yang diambil benar-benar tanaman yang bermutu. Selanjutnya dari tanaman
tersebut diambil tunas apikal yang kemudian diisolasi dalam media kaya nutrisi
dengan lingkungan aseptik. Tunas apikal itu disterilkan terlebih dahulu.
Apabila berasal dari rumah anti serangga maka sterilisasi cukup dengan alkohol
70%, berbeda halnya dengan tunas apikal yang berasal dari tanaman di tanah
lapang di mana sterilisasi menggunakan alkohol berkadar 90%. Media yang
digunakan adalah media agar dengan komposisi yang disesuaikan tanaman. Media
agar sebaiknya mengandung :
·
Unsur Makro
-
Nitrogen (N)
-
Fosfor (P)
-
Kalium (K)
-
Kalsium (Ca)
-
Sulfur (S)
-
Magnesium (Mg)
-
Besi (Fe)
·
Unsur Mikro
-
Klor (Cl), diberikan
dalam bentu KI.
-
Mangan (Mn),
diberikan dalam bentuk MnSO4.4H2O.
-
Tembaga (Cu),
diberikan dalam bentuk CuSO4.5H2O.
-
Kobal (CO), diberikan
dalam bentuk CoCl2.6H2O.
-
Molibdenun (Mo),
diberikan dalam bentuk NaMoO4.2H2O.
-
Seng (Zn), diberikan
dalam bentuk ZnSO4.4H2O.
-
Boron (B), diberikan
dalam bentuk H3BO
·
Unsur
tambahan lainnya
-
Thiamine
(Vitamin B1)
Vitamin yang esensial dalam
kultur jaringan tanaman karena thiamine mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan sel.
-
Nicotinic
acid (Niasin)
-
Pyridoxine
(Vitamin B6)
-
Vitamin
C
Vitamin C, seperti asam
sitrat dan asam askorbat, kadang-kadang digunakan sebagai antioksidan untuk
mencegah atau mengurangi pencoklatan atau penghitaman eksplan.
-
Mio-Inositol atau meso-insitol
Mio-Inositol atau
meso-insitol sering digunakan sebagai salah satu komponen media yang penting,
karena terbukti bersinergis dengan zat pengaturtumbuh merangsang pertumbuhan
jaringan yang dikulturkan
-
Asam amino sebagai sumber nitrogen organik
-
Gula
Gula digunakan sebagai
sumber energi dalam media kultur, karena umumnya bagian tanaman atau eksplan yang
dikulturkan tidak autotrof dan mempunyai laju fotosintesis yang rendah.
-
Agar-agar
Agar-agar
adalah campuran polisakarida yang diperoleh dari beberapa spesies algae.
Jenis media yang digunakan adalah media MS (Murashige and
Skoog). Sel-sel tunas apikal dari tumbuhan tadi yang dikembangkan dalam media
nantinya akan berubah menjadi kalus yakni
sekumpulan sel amorphous (tidak berbentuk atau
belum terdiferensiasi) yang terbentuk dari sel-sel yang membelah terus menerus
secara in vitro atau di dalam tabung. Kalus dapat diperoleh dari bagian tanaman
seperti akar, batang dan daun. Dalam media diferensiasi, kalus dapat
menumbuhkan akar dan tunas sehingga berubah menjadi planlet. Planlet yang sudah
berusia kira-kira 2-3 bulan dapat ‘dipanen’ dengan cara memotong planlet
menjadi beberapa bagian. Planlet dipotong satu ruas di bawah ketiak daun.
Potongan-potongan planlet itu ditumbuhkan dalam media atau tempat lainnya.
Kira-kira 2-3 bulan kemudian, tanaman dapat dipindahkan ke polybag. Untuk satu
planlet kira-kira dapat menghasilkan 3-5 tanaman. Planlet itu sendiri dapat
disimpan selama beberapa bulan dengan kondisi dijaga tetap steril. Pemotongan
dan pemindahan planlet dilakukan di ruangan steril, menggunakan laminar air flow. Tangan juga harus
dalam keadaan bersih dengan menyemprotkan alkohol 70% setiap kali keluar masuk
laminar air flow.
Mengingat
kultur jaringan berarti menumbuhkan sel atau jaringan dalam kondisi aseptik,
maka semua peralatan yang digunakan harus dalam keadaan steril. Peralatan yang
akan digunakan seperti cawan petri dan penutupnya, toples tempat media,
spatula, serta peralatan lainnya harus disterilkan menggunakan autoklaf.
Pertama-tama peralatan yang akan disterilkan dibungkus koran. Mengoperasikan
autoklaf mirip seperti mengoperasikan panci presto. Setelah semua peralatan
dimasukkan ke dalam autoklaf, tutup autoklaf dan pastikan penguncinya sudah
terpasang dengan baik. Nyalakan kompor, tunggu hingga autoklaf mengeluarkan
kepulan asap uap air. Setelah mengeluarkan uap air, tutup penutup autoklaf yang
mengeluarkan uap air. Biarkan tekanan terus naik hingga jarum penunjuk berada
pada daerah merah. Jaga agar tekanan tetap berada pada batas daerah merah,
jangan sampai tekanan menjadi terlalu tinggi sebab akan meledak, tetapi jangan
sampai terlalu rendah sebab nantinya akan terjadi kontaminasi. Proses
sterilisasi dengan autoklaf kira-kira 20 menit. Setelah 20 menit, matikan
kompor, tunggu beberapa waktu, jangan langsung membuka tutupnya nanti meledak.
Setelah itu buka penutupnya dan peralatan sudah siap digunakan.
Gambar planlet dalam media agar |
c. Pembibitan
BPTP melakukan pembibitan berbagai varietas
unggul. Awalnya, semua tanaman dari wilayah Jawa Timur diambel sampelnya,
kemudian diuji. Varietas dengan sifat unggul bisa dikawin silangkan untuk
membentuk jenis baru yang unggul, misalnya tahan hama, cepat menghasilkan buah,
dan sifat-sifat unggul lainnya. Varietas unggul kemudian dikembangbiakan. Bibit
dari berbagai varietas unggul nantinya akan didistribusikan kepada petani yang
bekerja sama dengan BPTP.
By : Anita Dominique XI-IA 5 / 18
Photo by : Gregorius Bryan XI-IA 3 /