Dasar Teori
Hukum mendel satu adalah perkawinan dua
tetua yang mempumyai satu sifat beda (monohibrid). Setiap individu yang
berkembangbiak secara seksual terbentuk dari peleburan dua gamet yang berasal
dari induknya. Berdasarkan hipotesis mendel setiap sifat/ karakter ditentukan
oleh gen (sepasang alel). Hukum mendel satu berlaku pada waktu gametogenesis F1
X F1 itu memiliki genotipe heterozigot. Dalam perestiwa meiosis, gen sealael
akan terpisah, masing-masing akan membentuk gamet. Waktu terjadi penyerbukan
sendiri (F1 X F1) dan pada proses fertilisasi gamet-gamet yang mengandung gen
itu akan melebur secara acak dan terdapat empat macam peleburan atau
perkawinan. (penuntun praktikum, 2014)
Hukum Mendel I dikenal sebagai
hukum Segregasi. Selama proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom
homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu
terkandung di dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas dikenal
sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji dari persilangan monohibrid.
(Syamsuri, 2004:101)
Hukum Mandel I berlaku pada gametogenesis F1. F1 itu memiliki genotif
heterozigot. Baik pada bunga betina maupun benang sari, terbentuk 2 macam
gamet. Maka kalau terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F1) terdapat 4 macam
perkawinan. (Wildan Yatim, 1996:76).
Pada galur murni akan menampilkan
sifat-sifat dominan (alel AA) maupun sifat resesif (aa) dari suatu karakter
tertentu. Bila disilangkan, F1 akan mempunyai kedua macam alel (Aa) tetapi
menampakkan sifat dominan (apabila dominant lengkap). Sedangkan individu
heterozigot (F1) menghasilkan gamet-gamet, setengahnya mempunyai alel dominan A
dan setengahnya mempunyai alel resesif a. Dengan rekomendasi antara gamet-gamet
secara rambang populasi F2 menampilkan sifat-sifat dominant dan resesif dengan
nisbah yang diramalkan. Nisbah fenotif yaitu 3 dominan (AA atau Aa) : 1 resesif
(aa). Nisbah geneotif yaitu 1 dominan lengkap (AA) : 2 hibrida (Aa) : 1 resesif
lengkap (aa). (L. V. Crowder, 1997:33)
Genetika yang sesungguhnya baru
dimulai pada decade kedua dari abad ke-19 setelah mendel menyajikan secara
hati-hati hasil analisis beberapa percobaan persilangan yang dibuatnya pada
tamanan ercis/kapri (Pisum sativum). (Suryo, 1990).
Johann Mendel lahir tanggal 22 Juli
1822 di kota kecil Heinzendorf di Silesia, Austria. (Sekarang kota itu bernama
Hranice wilayah Republik Ceko.) Johann memunyai dua saudara perempuan. Ayahnya
adalah seorang petani. Minatnya dalam bidang hortikultura ternyata dimulai
sejak dia masih kecil. (Paskah,2010).
Eksperimen Mendel dimulai saat dia
berada di biara Brunn didorong oleh keingintahuannya tentang suatu ciri
tumbuhan diturunkan dari induk keturunannya. Jika misteri ini dapat dipecahkan,
petani dapat menanam hibrida dengan hasil yang lebih besar. Prosedur Mendel
merupakan langkah yang cemerlang dibanding prosedur yang dilakukan waktu itu.
Mendel sangat memperhitungkan aspek keturunan dan keturunan tersebut diteliti sebagai
satu kelompok, bukan sejumlah keturunan yang istimewa. Dia juga memisahkan
berbagai macam ciri dan meneliti satu jenis ciri saja pada waktu tertentu;
tidak memusatkan perhatian pada tumbuhan sebagai keseluruhan. Dalam
eksperimennya, Mendel memilih tumbuhan biasa, kacang polong, sedangkan para
peneliti lain umumnya lebih suka meneliti tumbuhan langka. Dia mengidentifikasi
tujuh ciri berbeda yang kemudian dia teliti:
·
bentuk benih (bundar
atau keriput)
·
warna benih (kuning atau hijau)
·
warna selaput luar
(berwarna atau putih)
·
bentuk kulit biji yang
matang (licin atau bertulang)
·
warna kulit biji yang belum
matang (hijau atau kuning)
·
letak bunga (tersebar
atau hanya di ujung)
·
panjang batang tumbuhan
(tinggi atau pendek). (Paskah, 2010)
Mendel melakukan percobaan selama 12
tahun. Dia menyilangkan (mengawin silang) sejenis buncis dengan memerhatikan
satu sifat beda yang menyolok. Misalnya, buncis berbiji bulat disilangkan
dengan buncis berbiji keriput, buncis dengan biji warna kuning disilangkan
dengan biji warna hijau, buncis berbunga merah dengan bunga putih, dan
seterusnya. (Fandri, 2009).
Alat dan bahan:
- 1 set kancing genetika
- Kertas
- Alat tulis
- Kantung kain
Cara kerja:
- Menyediakan 4 warna kancing genetika yang telah dikaitkan satu dengan lainnya pada masing-masing warna: warna merah-kuning, merah-putih, hijau-kuning, hijau-putih
- Mengasumsikan warna merah (dominan) dengan hijau (resesif) untuk sifat warna merah dan hijau. Dan warna kuning (dominan) dengan putih (resesif) untuk sifat tinggi dan pendek.
- Memasukkan masing-masing kancing yang telah dikancingkan ke dalam kantung biru (induk jantan) dan kantung merah (induk betina) dengan masing-masing kantung berjumlah 15 pasang kancing merah-kuning, merah-putih, hijau-kuning, hijau-putih.
- Memasukkan kedua tangan ke dalam masing-masing kantung, kemudian mengambil 1 kancing dari masing-masing kantung secara bersamaan. Lalu mencatat hasilnya pada kertas. Setelah itu, mengulang kembali (setelah kancing yang terambil dikembalikan pada kantung nya) sebanyak 15 kali.
- Hitung semua hasil
By : Felicia Nadia XI-IA 9 / 34
No comments:
Post a Comment