Saturday, 10 October 2015

Kancing Genetika

Sabtu, 10 Oktober 2015

Dasar Teori

Hukum mendel satu adalah perkawinan dua tetua yang mempumyai satu sifat beda (monohibrid). Setiap individu yang berkembangbiak secara seksual terbentuk dari peleburan dua gamet yang berasal dari induknya. Berdasarkan hipotesis mendel setiap sifat/ karakter ditentukan oleh gen (sepasang alel). Hukum mendel satu berlaku pada waktu gametogenesis F1 X F1 itu memiliki genotipe heterozigot. Dalam perestiwa meiosis, gen sealael akan terpisah, masing-masing akan membentuk gamet. Waktu terjadi penyerbukan sendiri (F1 X F1) dan pada proses fertilisasi gamet-gamet yang mengandung gen itu akan melebur secara acak dan terdapat empat macam peleburan atau perkawinan. (penuntun praktikum, 2014)
            Hukum Mendel I dikenal sebagai hukum Segregasi. Selama proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji dari persilangan monohibrid. (Syamsuri, 2004:101)
   Hukum Mandel I berlaku pada gametogenesis F1. F1 itu memiliki genotif heterozigot. Baik pada bunga betina maupun benang sari, terbentuk 2 macam gamet. Maka kalau terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F1) terdapat 4 macam perkawinan. (Wildan Yatim, 1996:76).
Pada galur murni akan menampilkan sifat-sifat dominan (alel AA) maupun sifat resesif (aa) dari suatu karakter tertentu. Bila disilangkan, F1 akan mempunyai kedua macam alel (Aa) tetapi menampakkan sifat dominan (apabila dominant lengkap). Sedangkan individu heterozigot (F1) menghasilkan gamet-gamet, setengahnya mempunyai alel dominan A dan setengahnya mempunyai alel resesif a. Dengan rekomendasi antara gamet-gamet secara rambang populasi F2 menampilkan sifat-sifat dominant dan resesif dengan nisbah yang diramalkan. Nisbah fenotif yaitu 3 dominan (AA atau Aa) : 1 resesif (aa). Nisbah geneotif yaitu 1 dominan lengkap (AA) : 2 hibrida (Aa) : 1 resesif lengkap (aa). (L. V. Crowder, 1997:33)
            Genetika yang sesungguhnya baru dimulai pada decade kedua dari abad ke-19 setelah mendel menyajikan secara hati-hati hasil analisis beberapa percobaan persilangan yang dibuatnya pada tamanan ercis/kapri (Pisum sativum). (Suryo, 1990).
            Johann Mendel lahir tanggal 22 Juli 1822 di kota kecil Heinzendorf di Silesia, Austria. (Sekarang kota itu bernama Hranice wilayah Republik Ceko.) Johann memunyai dua saudara perempuan. Ayahnya adalah seorang petani. Minatnya dalam bidang hortikultura ternyata dimulai sejak dia masih kecil. (Paskah,2010).
            Eksperimen Mendel dimulai saat dia berada di biara Brunn didorong oleh keingintahuannya tentang suatu ciri tumbuhan diturunkan dari induk keturunannya. Jika misteri ini dapat dipecahkan, petani dapat menanam hibrida dengan hasil yang lebih besar. Prosedur Mendel merupakan langkah yang cemerlang dibanding prosedur yang dilakukan waktu itu. Mendel sangat memperhitungkan aspek keturunan dan keturunan tersebut diteliti sebagai satu kelompok, bukan sejumlah keturunan yang istimewa. Dia juga memisahkan berbagai macam ciri dan meneliti satu jenis ciri saja pada waktu tertentu; tidak memusatkan perhatian pada tumbuhan sebagai keseluruhan. Dalam eksperimennya, Mendel memilih tumbuhan biasa, kacang polong, sedangkan para peneliti lain umumnya lebih suka meneliti tumbuhan langka. Dia mengidentifikasi tujuh ciri berbeda yang kemudian dia teliti:
·         bentuk benih (bundar atau keriput)
·          warna benih (kuning atau hijau)
·         warna selaput luar (berwarna atau putih)
·         bentuk kulit biji yang matang (licin atau bertulang)
·         warna kulit biji yang belum matang (hijau atau kuning)
·         letak bunga (tersebar atau hanya di ujung)
·         panjang batang tumbuhan (tinggi atau pendek). (Paskah, 2010)
Mendel melakukan percobaan selama 12 tahun. Dia menyilangkan (mengawin silang) sejenis buncis dengan memerhatikan satu sifat beda yang menyolok. Misalnya, buncis berbiji bulat disilangkan dengan buncis berbiji keriput, buncis dengan biji warna kuning disilangkan dengan biji warna hijau, buncis berbunga merah dengan bunga putih, dan seterusnya. (Fandri, 2009).

Alat dan bahan:

  • 1 set kancing genetika
  •  Kertas
  • Alat tulis
  •  Kantung kain

Cara kerja:

  1.        Menyediakan 4 warna kancing genetika yang telah dikaitkan satu dengan lainnya pada masing-masing warna: warna merah-kuning, merah-putih, hijau-kuning, hijau-putih
  2.       Mengasumsikan warna merah (dominan) dengan hijau (resesif) untuk sifat warna merah dan hijau. Dan warna kuning (dominan) dengan putih (resesif) untuk sifat tinggi dan pendek.
  3.       Memasukkan masing-masing kancing yang telah dikancingkan ke dalam kantung biru (induk jantan) dan kantung merah (induk betina) dengan masing-masing kantung berjumlah 15 pasang kancing merah-kuning, merah-putih, hijau-kuning, hijau-putih.
  4.       Memasukkan kedua tangan ke dalam masing-masing kantung, kemudian mengambil 1 kancing dari masing-masing kantung secara bersamaan. Lalu mencatat hasilnya pada kertas. Setelah itu, mengulang kembali (setelah kancing yang terambil dikembalikan pada kantung nya) sebanyak 15 kali.
  5.        Hitung semua hasil








 By : Felicia Nadia XI-IA 9 / 34

No comments:

Post a Comment